Definisi, Perkembangan dan Trend Telematika

0 komentar

Definisi Telematika
Telematika berasal dari bahasa Perancis “Telematique” yang merujuk pada bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilah telematika pertama kali digunakan pada tahun 1978 oleh Simon Nora dan Alain Minc dalam bukunya L'informatisation de la Societe. Teknologi Informasimerujuk pada sarana prasarana, sistem dan metode untuk perolehan,pengiriman, penerimaan, pengolahan, penafsiran, penyimpanan, pengorganisasian, dan penggunaan data yang bermakna.
Lalu menurut Moedjiono (Deputi Telematika Departemen Komunikasi dan Informatika-Depkominfo), telematika adalah istilah Bahasa Indonesia yang kita (stakeholders) create sendiri, yaitu merupakan konvergensi dari Tele=”Telekomunikasi”, Ma=”Multimedia” dan Tika=”Informatika” atau merupakan konvergensi dari “3C”, “Content”, “ComputingandCommunication”.
Sementara itu Telematika pada mata kuliah Hukum Telematika Universitas Indonesia, tertulis sebagai berikut:
Dalam perkembangannya, istilah media dalam telematika berkembang menjadi wacana multimedia. Hal ini sedikit membingungkan masyarakat karena istilah mulyimedia semula hanya merujuk pada kemampuan sistem computer untuk mengolah informasi dalam berbagai medium. Adalah suatu ambiguitas jika istilah telematika dipahami sebagai akronim telekomunikasi, multimedia dan informatika. Secara garis besar istilah Teknologi Informasi (TI), telematika, multimedia maupun Information and Communication Technologies (ICT) mungkin tidak jauh berbeda maknanya, namun sebagai definisi sangat tergantung kepada lingkup dan sudut pandang pengkajiannya.

Perkembangan Telematika dan Kaitannya dengan Komputer
Peristiwa proklamasi 1945 membawa perubahan yang bagi masyarakat Indonesia, dan sekaligus menempatkannya pada situasi krisis jati diri. Krisis ini terjadi karena Indonesia sebagai sebuah negara belum memiliki perangkat sosial, hukum, dan tradisi yang mapan. Situasi itu menjadi ‘bahan bakar’ bagi upaya-upaya pembangunan karakter bangsa di tahun 50-an dan 60-an. Di awal 70-an, ketika kepemimpinan Soeharto, orientasi pembangunan bangsa digeser ke arah ekonomi, sementara proses-proses yang dirintis sejak tahun 50-an belum mencapai tingkat kematangan.
Dalam latar belakang sosial demikianlah telekomunikasi dan informasi, mulai dari radio, telegrap, dan telepon, televisi, satelit telekomunikasi, hingga ke internet dan perangkat multimedia tampil dan berkembang di Indonesia. Perkembangan telematika penulis bagi menjadi 2 masa yaitu masa sebelum atau pra satelit dan masa satelit.

Trend Ke Depan Untuk Telematika
Menurut saya, trend ke depan untuk telematika di Indonesia bahkan di dunia akan lebih mengarah kepada peralatan yang bersifat robot. Dengan berkembang pesatnya teknologi di dunia, maka semakin banyak pula alat-alat yang bersifat robot canggih. Alat-alat ini diciptakan untuk membantu pekerjaan manusia. Di masa yang akan datang, manusia akan sangat bergantungan dengan gadget dan teknologi canggih lainnya.



Sumber:


Read More »»  

Rancangan Penelitian

0 komentar

Banyak definisi yang dikemukakan berkenaan dengan rancangan penelitian atau research design. Rancangan penelitian pada dasarnya merupakan “blueprint” yang menjelaskan setiap prosedur penelitian mulai dari tujuan penelitian sampai dengan analisis data. Berikuit ini merupakan komponen yang umumnya teradap dalam rancangan penelitian:

Pertama adalah tujuan penelitian. Yang dimaksud dengan tujuan penelitian adalah hasil akhir penelitian itu sendiri. Fungsi tujuan penelitian, di samping untuk mengarahkan proses penelitian juga dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan penelitian. Tujuan penelitian dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan penelitian (research questions) dan atau juga hipotesis penelitian

Kedua adalah jenis penelitian yang akan digunakan. Beberapa jenis penelitian yang banyak dipakai dalam ilmu administrasi atau manajemen adalah penelitian deskriptif, korelasional dan eksperimental. Penelitian deskriptif bertujuan memberikan gambaran fenomena yang diteliti secara apa adanya secara lengkap dan rinci. Satu contoh yang banyak dari penelitian deskriptif adalah penilaian sikap atau pendapat dari individual, organisasi, peristiwa atau prosedur kerja. Beberapa contoh pertanyaan penelitian yang dicoba ditemukan jawabannya melalui penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:
  • Bagaimana manajer menghabiskan waktu kerjanya?
  • Bagaimana sikap pegawai terhadap jadwal kerja “flex-time”?
  • Bagaimana organisasi melakukan proses seleksi pegawai ?
  • Bagaimana koordinasi kerja antar bagian dalam organisasi?

Ketiga adalah unit analisis atau populasi penelitian. Populasi penelitian ini terdiri dari individual, kelompok, organisasi dan benda. Individual adalah misalnya ingin mengetahui kepuasan pegawai, maka unit analisisnya adalah individu-individu pegawai. Kelompok adalah misalnya ingin mengetahui kinerja antar departemen atau gugus kendali mutu, maka unit analisisnya adalah kelompok. Organisasi adalah misalnya ingin mengukur kualitas pelayanan kantor X, maka unit analisisnya adalah organisasi. Benda adalah misalnya menilai kualitas susu bubuk untuk bayi, maka unit analisisnya adalah produk berupa susu bayi.

Keempat adalah rentang waktu dan tempat penelitian dilakukan yang terdiri dari One shot or Cross section studies dan Longitudinal studies. One shot or Cross section studies adalah data dikumpulkan hanya sekali. Lalu Longitudinal studies adalah data dikumpulkan dalam beberapa periode waktu tertentu. Misalnya untuk meneliti disiplin pegawai, peneliti mengamati perilaku pegawai selama enam bulan.

Kelima adalah teknik pengambilan sampel. Secara umum ada dua teknik, yaitu probabilistic sampling dan non-probabilistic sampling, atau acak dan non-acak. Dalam sampel acak antara lain terdapat simple random sampling, stratified random sampling, area sampling, cluster sampling dan systematic sampling. Dalam non-probabilistic sampling antara lain terdapat accidental sampling, convienience sampling, snow-ball sampling dan purposive sampling. Semua teknik tersebut dibahas secara lebih mendalam dalam teknik sampling.

Keenam adalah teknik pengumpulan data. Kita mengenal beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, kuesioner, observasi dan studi dokumentasi. Sebuah penelitian bisa hanya menggantungkan pada satu cara pengumpulan data, tetapi bisa juga mengkombinasikannya. Misalnya, untuk mencari data dari variabel motivasi kerja menggunakan kuesioner, sedangkan untuk mencari data pendapatan, gaji atau upah menggunakan teknik observasi.

Ketujuh adalah definisi operasional variabel penelitian. Bagi penelitian kuantitatif, langkah ini mutlak dilakukan. Yang dimaksud dengan definisi operasional variabel adalah upaya untuk mengurangi keabstrakan konsep atau variabel penelitian sehingga bisa dilakukan pengukuran. Beberapa peneliti menggunakan istilah indikator. Misalnya, untuk mengukur disiplin pegawai, maka dihitung frekuensi ketepatan masuk kerja, kepatuhan pada peraturan dan sebagainya. Untuk mengetahui produktivitas, dihitung perbandingan antara hasil herja dengan waktu kerja.

Kedelapan adalah pengukuran variabel penelitian. Jenis skala pengukuran untuk setiap variabel penelitian perlu diketahui dengan benar. Hal ini berguna untuk menetapkan rumus atau perhitungan-perhitungan statistik. Misalnya, untuk variabel yang berskala nominal tidak mungkin dihitung rata-ratanya. Skala pengukuran yang ada adalah nominal, ordinal, interval dan rasio.

Kesembilan adalah teknik analisis data. Sebelum data dianalisis, diolah terlebih dahulu. Maka dikenal proses editing, coding, master table dan lain-lainnya. Analisis data mencakup kegiatan mengukur reliabilitas dan validitas, mean, deviasi standar, korelasi, distribusi frekuensi, uji hipotesis dan lain sebagainya.

Kesepuluh adalah instrumen pencarian data. Ada beberapa alat yang dikenal sebagai alat pengambil data dalam penelitian sosial atau bisnis. Alat-alat tersebut mencakup wawancara, kuesioner atau angket, observasi dan studi dokumentasi.


Sumber:
Read More »»  

Dampak Perdagangan Bebas Bagi Lulusan Sarjana Komputer

1 komentar
Sebelum membahas dampak perdagangan bebas bagi lulusan sarjana komputer, kita harus mengetahui pengertian dari perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan pertukaran barang dan jasa secara bebas antara beberapa negara. Dulu segala macam pertukaran barang dan jasa sangat terbatas dan harus melalui birokrasi yang sangat panjang. Namun sekarang hal itu tidak berlaku lagi. Pertukaran barang dan jasa antara beberapa negara sangat terbuka lebar.

Perdagangan bebas adalah suatu konsep ekonomi yang mengacu pada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. Penjulan produk antar begara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perdagangan lainnya.

Sebagai sarjana komputer, perdagangan bebas mempunyai dampak yang baik. Dengan berlakunya perdagangan bebas antar negara, berarti peluang kerja untuk sarjana komputer semakin meningkat. Tak hanya dapat bekerja di dalam negeri, sarjana komputer lebih mempunyai peluang untuk bekerja di luar negeri. Perusahaan luar negeri tentunya membutuhkan tenaga kerja lulusan komputer untuk membangun atau memelihara sistem komputer pada perusahaan tersebut. Hal ini membuka peluang untuk tenaga kerja lulusan komputer yang berasal dari Indonesia agar dapat bekerja di luar negeri. Apalagi dengan adanya perdagangan bebas seperti saat ini. Peluang tenaga kerja lulusan komputer dari Indonesia lebih besar dibandingkan sebelum adanya perdagangan bebas.
Read More »»  

Jenis Karangan

0 komentar

KARANGAN ILMIAH
Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karangan ilmiah harus ditulis secara jujur dan akurat berdasarkan kebenaran tanpamengingat akibatnya. Kebenaran dalam karangan ilmiah itu adalah kebenaran yang objektif-positif, sesuai dengan data dan fakta di lapangan dan bukan kebenaran yang normatif.
Ciri-ciri karangan ilmiah:
a. sistematis;
b. objektif;
c. cermat, tepat, dan benar;
d. tidak persuasif;
e. tidak argumentatif;
f. tidak emotif;
g. tidak mengejar keuntungan sendiri;
h. tidak melebih-lebihkan sesuatu.

Jenis karangan ilmiah:
• Makalah: karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa, makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
• Kertas kerja: makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius, biasanya disajikan dalam lokakarya.
• Skripsi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar pendapat orang lain.
• Tesis: karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
• Disertasi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih dengan analisis tang terinci.

Contoh Karangan Ilmiah:
Mengenal Kanker Serviks - Penyakit Kanker Leher Rahim

Kanker servik umumnya dikenal dengan penyakit kanker leher rahim, jenis penyakit ini banyak dialami oleh kaum hawa (wanita). Saat ini, kanker serviks menjadi penyebab kematian wanita nomor dua di dunia setelah penyakit jantung koroner. Namun dalam kurun waktu setahun ke depan diprediksi kanker leher rahim akan menjadi penyebab kematian wanita nomor satu, jika tidak dilakukan upaya deteksi dini dan pengobatannya. Akan sangat menakutkan..

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kangker serviks merupakan penyebab utama kematian. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker serviks. Jadi, jangan lagi memandang ancaman penyakit ini dengan sebelah mata. Maka waspadalah !

1. Apa itu kanker serviks? - Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah jenis penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu, bagian rahim yang terletak di bawah, yang membuka ke arah liang vagina. Berawal dari leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh.

2. Seberapa berbahaya penyakit ini? - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks, dan kira-kira sebanyak 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut.

3. Apa penyebabnya? - Kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18. Namun, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.

4. Bagaimana penularannya? - Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital. Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa berpindah melalui sentuhan kulit.

5. Apa saja gejalanya? - Pada tahap awal, penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati. Itu sebabnya, Anda yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk melakukan tes pap smear setiap dua tahun sekali. Gejala fisik serangan penyakit ini pada umumnya hanya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Yaitu, munculnya rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim (contact bleeding), keputihan yang berlebihan dan tidak normal, perdarahan di luar siklus menstruasi, serta penurunan berat badan drastis. Apabila kanker sudah menyebar ke panggul, maka pasien akan menderita keluhan nyeri punggung, hambatan dalam berkemih, serta pembesaran ginjal.



KARANGAN NON ILMIAH
Non Ilmiah (Fiksi) adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dan sebagainya.
Ciri-ciri karangan nonilmiah:
·         Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
·         Fakta yang disimpulkan subjektif;
·         Gaya bahasa konotatif dan popular;
·         Tidak memuat hipotesis;
·         Penyajian dibarengi dengan sejarah;
·         Bersifat imajinatif;
·         Situasi didramatisir;
·         Bersifat persuasive.

Contoh Karangan Non Ilmiah:
Aku merasa rendah diri. Aku merasa tak punya kemampuan apapun dari segala bidang. Apa yang bisa kulakukan? Aku seperti orang tak berguna. Mungkin… telah lama aku kehilangan rasa percaya diriku, dan aku tak menyadarinya.
Bagaimana caraku untuk mendapatkan rasa percaya diriku kembali? Sebenarnya aku trauma dengan apa? Aku takut dengan apa? Oh! Aku bingung! Astaghfirullah…
Aku seperti menangis sendiri kesepian di dalam tiap senyumku. Oh… aku benar-benar merasa bagai orang tak berguna! Aku masih belum bisa mengatasi perasaan minderku sendiri. Bagaimana ini ya Allah?
Sampai di usiaku yang telah menginjak 16 tahun ini aku masih bingung. Apa keistimewaanku? Aku hanyalah seorang perempuan yang rapuh… dan tak punya keistimewaan apapun. Astaghfirullahal’adzim… Astaghfirullah… Astaghfirullah… Kemanakah semangatku yang membara itu pergi?
Setiap orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Aku masih punya banyak kekurangan. Tapi… aku sangat bangga menjadi orang Islam. Menjadi seorang muslimah… apakah itu dapat disebut sebagai kelebihan? I don’t know!
* * *
Seperti pada hari-hari sebelumnya, matahari terbit menyinari bumi. Alhamdulillah. Waktu terus berputar tanpa menghiraukan orang-orang sekitar. Tak terasa waktu pulang sekolah telah diambang pintu.
Kembali aku tersenyum kepada dunia yang telah 16 tahun ‘membesarkanku’. Tak seperti biasanya, hari ini sepulang sekolah aku makan soto di warung. Ditraktir. Berlanjut ke jalan-jalan menyusuri jalanan kota dengan naik bus.
Bersama ke-6 kawanku, kami menjejakkan kaki ke swalayan ternama di kota kami. Minum es teh bareng (satu cup es teh buat rame-rame), makan donat unil bareng, makan rujak bareng. Wah! Subhanallah… memang sangat nikmat ya bila kita berbagi. Apalagi menghabiskan waktu bersama dengan yeman-teman, benar-benar terasa seru dan asyik!
Sepulangku dari swalayan ternama tersebut, aku turun di Krapyak setelah naik bus jurusan Mangkang. Kemudian menanti bus jurusan Pasadena. Oh! So long!
Tiba-tiba tanpa kusadari, muncul seorang nenek yang berjalan dengan tertatih-tatih. Nenek tersebut membawa sejumlah barang belanjaan di punggungnya. tersentuh hatiku untuk menuntun si nenek. Ketika kutuntun, nenek tersebut meminta uang Rp 1000,- kepadaku untuk tambahan ongkos naik becak. Tanpa ragu langsung kuberi Rp 2000,-. Aku kembali menuntunnya sampai ke pangkalan becak motor. Setelah hampir dekat ke pangkalan becak motor, nenek tersebut berkata kalau ternyata duitnya masih kurang. langsung kuberi Rp 2000,- lagi. Alhamdulillah aku ada uang untuk diberikan ke nenek tersebut.
Sampai di depan becak motor yang akan dia tumpangi, aku membantu meletakkan belanjaannya ke atas becak motor tersebut. “Matur nuwun yo, nduk!” ,ucap si nenek. “Nggih, sami-sami mbah.” jawabku sambil tersenyum.
“Dek, ayo naik sekalian.” ucap Pak pengendara becak motor itu menawariku.
“He-eh, nduk. Sekalian aja.” ucap si nenek juga menawariku. Dan akhirnya aku ikut numpang sekalian. Karena sewaktu aku menuntun si nenek menuju pangkalan becak motor, ada bus jurusan Pasadena lewat (bus yang tadi kunanti).
Si nenek turun di jembatan dekat kawasan. “Matur nuwun yo, nduk.” ucapnya sambil tersenyum.
“Nggih, mbah.” jawabku. “Cah iki ter no tekan kono yo! Eh… tulung iki gendongno!” ucap si nenek menyuruh pak ojek (becak motor) untuk mengantarku, terus si nenek minta tolong supaya belanjaannya ditaruh di punggungnya.
“Makasih ya, Pak!” ucapku setelah turun dari becak motor. “Ya!” jawab Pak Ojek.



KARANGAN SEMI ILMIAH
Semi Ilmiah adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.
Adapun ciri-ciri karangan semi ilmiah atau ilmiah populer:
·         Ditulis berdasarkan fakta pribadi;
·         Fakta ang disimpulkan subjektif;
·         Gaya bahasa formal dan popular;
·         Mementingkan diri penulis;
·         Melebih-lebihkan sesuatu;
·         Usulan-usulan bersifat argumentative;
·         Bersifat persuasive.

Contoh Karangan Semi Ilmiah :
Kelaparan Jadi Perhatian Serius

Indeks Kelaparan Dunia (GHI) tahun 2008 menunjukkan bahwa kelaparan masih merupakan perhatian serius di dunia dan terjadi perkembangan lambat dalam mengurangi keamanan pangan. Negara yang memiliki nilai GHI tertinggi kebanyakan berada di wilayah Sub-Saharan Africa dan Asia Selatan. Negara di daftar paling bawah meliputi Republik Demokrasi Kongo, Eritrea, Burundi, Republik Niger, dan Sierra Leone. Hal ini merupakan beberapa penemuan yang tertuang dalam “The Challenge of Hunger 2008: Global Hunger Index” yang dipublikasikan oleh Welthungerhilfe, International Food Policy Research Institute (IFPRI), dan Concern Worldwide. Klaus von Grebmer dan rekannya menyimpulkan bahwa pemecahan krisis pangan tersebut akan memerlukan beberapa inisiatif seperti bantuan pangan lebih bagi masyarakat miskin,
investasi lebih besar dalam bidang pertanian, dan batasan untuk menenangkan pasar pangan global.




Sumber :
http://gabygabrielabosch.blogspot.com/2011/02/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah.html (dipostkan oleh narasumber pada tanggal 23 Februari 2011 dan didownload oleh saya pada tanggal 21 Maret 2012 pukul 10.36 WIB)
http://tentangndha.blogspot.com/2011/03/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah.html (dipostkan oleh narasumber pada tanggal 1 Maret 2011 dan didownload oleh saya pada tanggal 21 Maret 2012 pukul 10.43 WIB)
http://irsan90.wordpress.com/2010/02/27/wacana-yang-membedakan-pemanfaatan-bahasa-indonesia-pada-tataran-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah/ (dipostkan oleh narasumber pada tanggal 27 Februari 2010 dan didownload oleh saya pada tanggal 21 Maret 2012 pukul 10.46 WIB)
http://messi-barcelona-ghofur.blogspot.com/2011/01/non-ilmiahsemi-ilmiahilmiah-beserta.html  (dipostkan oleh narasumber pada tanggal 27 Februari 2010 dan didownload oleh saya pada tanggal 2 Januari 2011 pukul 10.52 WIB)
Read More »»  

Penalaran Deduksi dan Induksi

0 komentar
PENALARAN DEDUKSI

Penalaran deduksi didasarkan pada penarikan kesimpulan yang bertolak dari hal yang umum. Dalam karangan penerapan penalaran deduktif ini tampak pada pernyataan umum yang dituangkan dalam kalimat utama yang kemudian menuju pada beberapa kalimat penjelas.

1. Silogisme Kategorial
Silogisme Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contoh :
My : Semua tumbuhan membutuhkan air.
Mn : Akasia adalah tumbuhan .
K : Akasia membutuhkan air

2. Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh :
My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn : Kucing berada di luar rumah
K : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah

3. Silogisme Hipotesa
Silogisme hipotesis yaitu Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :
My : jika tidak ada uang manusia sangat kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Mn : Uang tidak ada
K : jadi, manusia akan kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya

4. Entimen
Entimen adalah silogisme yang di pendekkan.

Contoh :
Semua makhluk hidup pasti akan mati. Hitler adalah makhluk hidup. Hitler pasti akan mati.

5. Rantai Deduksi
Seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal.
Yang penting dalam mata rantai deduksi ini, penulis harus mengetahui norma dasar, sehingga bila argumennya mendapat tantangan atau bila ia sendiri ragu-ragu terhadap argumen orang lain, ia dapat menguji argumen ini untuk menemukan kesalahannya dan kemudian dapat memperbaikinya, baik kesalahan itu terjadi karena induksi yang salah, entah karena premis atau konklusi-konklusi deduksi yang salah.

Contoh:
Semua lampu adalah bercahaya
Senter adalah lampu
Jadi, senter bercahaya
Lilin juga bercahaya
Obor juga bercahaya


PENALARAN INDUKSI

Induksi atau penalaran induktif adalah penalaran dari kasus-kasus partikular menuju pada kesimpulan umum.

1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum

Contoh :
· Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
· Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan "semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.

2. Hipotesa dan Teori
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upayapembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis

3. Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.

Contoh :
· Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
· Arief seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja di perusahaan pak Subur.

4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :
· Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
· Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit. 

5. Induksi Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.

Sumber :
http://m-eko-febrianto.blogspot.com/2010/11/penalaran-deduksi-dan-induksi.html (dipostkan oleh narasumber pada tanggal 11 November 2010 dan di download oleh saya pada Sabtu, 10 Maret 2012 pkl. 14:30)
Read More »»  

Siapakah Saya?

0 komentar
Nama saya Nur Putri Agustiyani. Keluarga dan teman-teman lebih akrab memanggil saya dengan panggilan Yani. Saya lahir di Jakarta, 18 Agustus 1991. Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayah saya adalah seorang karyawan di Garuda Indonesia. Ibu saya adalah seorang dosen di salah satu universitas swasta di Depok. Alhamdulillah saya mempunyai keluarga yang sangat menyayangi saya. Tentunya saya pun juga sangat menyayangi mereka. 

Saya adalah seorang mahasiswi jurusan sistem informasi. Kenapa saya memilih jurusan sistem informasi? Pada awalnya, saya hanya ingin kuliah yang berhubungan dengan komputer. Saya tidak tahu kalau ternyata ada banyak jurusan yang mempelajari ruang lingkup komputer. Akhirnya saya mengambil jurusan informasi. Alasannya sederhana, karena saya ingin menjadi seorang analis dari suatu sistem. 

Alhamdulillah saat ini saya telah menjadi asisten di Laboratorium Pengembangan Pengolahan Citra Universitas Gunadarma. Di lab ini, saya dituntut untuk lebih kreatif mendesain. Itu adalah hal yang sangat menantang bagi saya. Karena saya termasuk orang yang tidak terlalu kreatif dalam hal mendesain. Tapi dengan terus belajar dan terus mencoba, Insya Allah saya pasti bisa. 

Saya adalah seorang wanita yang menggunakan jilbab. Terkadang saya suka bereksperimen terhadap model jilbab yang saya pakai. Saya ingin menunjukkan pada semua orang bahwa wanita berjilbab juga bisa mengikuti model fashion yang sedang berkembang tapi tidak meninggalkan syariat yang berlaku.
Read More »»  

Makalah Konvensi Naskah

0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang
Sebagai seorang mahasiswa tentu kemampuan untuk membuat naskah sanggat dibutuhkan,baik untuk memenuhi kebutuhan tugas maupun untuk diikutsertakan dalam sebuah perlombaan karya ilmiah,namun sayangnya masih banyak sekali mahasiswa yang belum begitu mengerti bagaimana cara menulis naskah sesuai dengan syarat dan ketentuan,semoga dengan makalah ini dapat membantu bagaimana cara pembuatan naskah ilmiah yang baik dan benar.

B.     Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.      Penjelasan dari unsur-unsur dalam penulisan sebuah karangan.
            2.      Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa yang dimaksud konvensi naskah,dan bagaimana cara pembuatan naskah yang baik dan benar sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ada.
            3.      Manfaat 
Manfaat dibuatnya makalah ini adalah, sebagai berikut : 
                 1.      Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan konvensi naskah.
                 2.      Mahasiswa dapat membuat naskah dengan baik dan benar sesuai dengan aturan yang berlaku
KONVENSI NASKAH

            Dalam pembuatan naskah yang baik tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta perincian-perinciannya yang telah dilakukan kemudian. Perincian dari kerangka karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan sub-sub bab. Dari bab-bab dan sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok pikiran atau gagasan utama dalam sebuah paragraf atau alinea.

            Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian rupa, sehingga apa yang kita tulis itu jelas, teratur dan menarik.

            Namun, ada hal yang lebih penting dari semua hal yang telah diuraikan di atas. Sebuah karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu persyaratan formal; bagaimana supaya bentuk atau wajah dari karangan itu, sehingga kelihatan tampak lebih indah dan menarik. Persyaratan formal ini meliputi bagian-bagian pelengkap dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia kepenulisan. Semua persyaratan ini secara umum disebut dengan konvensi naskah. Konvensi naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah lazim, dan sudah disepakati.[1]

            Dari segi persyaratan formal ini, dapat dibedakan lagi karya yang dilakukan secara formal, semi-formal, dan non-formal.[2] Yang dimaksud dengan formal adalah bahwa suatu karya memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut oleh konvensi. Sebaliknya, semi-formal yaitu bila sebuah karangan tidak memenuhi semua persyaratan lahiriah yang dituntut konvensi. Sedangkan non-formal yaitu bila bentuk sebuah karangan tidak memenuhi syarat-syarat formalnya.

SYARAT FORMAL PENULISAN SEBUAH NASKAH

Dalam menyusun sebuah karangan perlu adanya pengorganisasian karangan. Pengorganisasian karangan adalah penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis: penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan format pengetikan yang sistematis.
Persyaratan formal (bentuk lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.

Unsur-unsur dalam Penulisan Sebuah Karangan:

A.     Bagian Pelengkap Pendahuluan
a.   Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b.   Halaman Judul
c.   Halaman Persembahan (kalau ada)
d.   Halaman Pengesahan (kalau ada)
e.   Kata Pengantar
f.   Daftar Isi
g.   Daftar Gambar (kalau ada)
h.   Daftar Tabel (kalau ada)

B.     Bagian Isi Karangan
a.   Pendahuluan
b.   Tubuh Karangan
c.   Kesimpulan

C.     Bagian Pelengkap Penutup
a.   Daftar Pustaka (Bibliografi)
b.   Lampiran (Apendix)
c.   Indeks
d.   Riwayat Hidup Penulis

A.   Bagian Pelengkap Pendahuluan

Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.

a.  Judul Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul

Judul pendahuluan adalah nama karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung apa-apa kecuali mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan atau judul buku ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman agak ke atas. Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai. 
Dalam pembuatan sebuah makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan, penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun), kelengkapan identitas pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas), nama kota, dan tahun penulisan.

Untuk memberikan daya tarik pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:
*         Judul menggambarkan keseluruhan isi karangan.
*         Judul harus menarik pembaca baik makna maupun penulisannya.
*         Sampul: nama karangan, penulis, dan penerbit.
*         Halaman judul: nama karangan, penjelasan adanya tugas, penulis, kelengkapan identitas pengarang, nama unit studi, nama lembaga, nama kota, dan tahun penulisan (dalam pembuatan makalah atau skripsi).
*         Seluruh frasa ditulis pada posisi tengah secara simetri (untuk karangan formal), atau model lurus pada margin kiri (untuk karangan yang tidak terlalu formal).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada halaman judul:
þ   Judul diketik dengan huruf  kapital, misalnya:

UPAYA MENGATASI KEMISKINAN PADA
MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH
DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR

þ   Penjelasan tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:
Makalah ini Disusun untuk Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester Ganjil 2009
Atau
Skripsi ini Diajukan untuk Melengkapi Ujian Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma
þ   Nama penulis ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk Mahasiswa (NIM), misalnya:
ANASTASIA INDRIANI
10709234
þ   Logo universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak diharuskan menggunakan logo.
þ   Data institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas, nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2008
Hal-hal yang harus dihindarkan dalam halaman judul karangan formal:
Ø      Komposisi tidak menarik.
Ø      Tidak estetik.
Ø      Hiasan gambar tidak relevan.
Ø      Variasi huruf jenis huruf.
Ø      Kata “ditulis (disusun) oleh.”
Ø      Kata “NIM/NRP.”
Ø      Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak berfungsi.
Ø      Kata-kata yang berisi slogan.
Ø      Ungkapan emosional.
Ø      Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak berfungsi.
       b. Halaman Persembahan
       Bagian ini tidak terlalu penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman, dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja, misalnya:
Kutulis novel ini
dengan cahaya cinta
untuk mahar menyunting belahan jiwa,
Muyasaratun Sa’idah binti KH. Muslim Djawahir, alm.
Rabbana hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa
Qurrata a’yuni waj’alnaa lil muttaqiina imaama. Amin.[3]
Bila penulis menganggap perlu memasukkan persembahan ini, maka persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman belakang cover buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.
c. Halaman Pengesahan
Halaman pengesahan digunakan sebagai pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh pembimbing, pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan lainnya (baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan. Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.
Judul skripsi seluruhnya ditulis dengan huruf kapital pada posisi tengah antara margin kiri dan kanan. Nama lengkap termasuk gelar akademis pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji, dan ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara simetri kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis setelah disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup dan telah ditanda-tangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman pengesahan. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua jurusan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
Ø      Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
Ø      Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
Ø      Tulisan melampaui garis tepi.
Ø      Menulis nama tidak lengkap.
Ø      Menggunakan huruf yang tidak standar.
Ø      Tidak mencantumkan gelar akademis.  
d. Kata Pengantar
Kata pengantar fungsinya sama dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar adalah bagian karangan yang berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah, seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai berikut:
v Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
v Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
v Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah (untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
v Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
v Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga yang membantu.
v Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
v Harapan penulis atas karangan tersebut.
v Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan bagian dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu, kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
W   Menguraikan isi karangan.
W   Mengungkapkan perasaan berlebihan.
W   Menyalahi kaidah bahasa.
W   Menunjukkan sikap kurang percaya diri.
W  Kurang meyakinkan.
W   Kata pengantar terlalu panjang.
W   Menulis kata pengantar semacam sambutan.
W   Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat, paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.
e. Daftar Isi
Daftar isi adalah bagian pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari sebuah buku yang bersangkutan.
Daftar isi disusun secara konsisten baik penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul sub-sub bab. Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.
f. Daftar Gambar
Bila dalam buku itu terdapat gambar-gambar, maka setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan: judul gambar, dan nomor halaman.
g. Daftar Tabel 
Bila dalam buku itu terdapat tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel dan nomor halaman.

B.   Bagian Isi Karangan
Bagian isi karangan sebenarnya merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan karangan atau buku itu sendiri.
a. Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab I karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan. Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus tertuang dalam masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1)      Latar belakang masalah, menyajikan:
*      Penalaran (alasan) yang menimbulkan masalah atau pertanyaan yang akan diuraikan jawabannya dalam bab pertengahan antara pendahuluan dan kesimpulan dan dijawab atau ditegaskan dalam kesimpulan. Untuk itu, arah penalaran harus jelas, misalnya deduktif, sebab-akibat, atau induktif.
*      Kegunaan praktis hasil analisis, misalnya: memberikan masukan bagi kebijakan pimpinan dalam membuat keputusan, memberikan acuan bagi pengembangan sistem kerja yang akan datang.
*      Pengetahuan tentang studi kepustakaan, gunakan informasi mutakhir dari buku-buku ilmiah, jurnal, atau internet yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penulis hendaklah mengupayakan penggunaan buku-buku terbaru.
*      Pengungkapan masalah utama secara jelas dalam bentuk pertanyaan, gunakan kata tanya yang menuntut adanya analisis, misalnya: bagaimana...., mengapa.....
*      Tidak menggunakan kata apa karena tidak menuntut adanya analisis, cukup dijawab dengan ya atau tidak.
2)      Tujuan penulisan berisi:
*      Target, sasaran, atau upaya yang hendak dicapai, misalnya: mendeskripsikan hubungan X terhadap Y; membuktikan bahwa budaya tradisi dapat dilestarikan dengan kreativitas baru; menguraikan pengaruh X terhadap Y.
*      Upaya pokok yang harus dilakukan, misalnya: mendeskripsikan data primer tentang kualitas budaya tradisi penduduk asli Jakarta; membuktikan bahwa pembangunan lingkungan pemukiman kumuh yang tidak layak huni memerlukan bantuan pemerintah.
*      Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Jika masalah utama dirinci menjadi dua, tujuan juga dirinci menjadi dua.
3)      Ruang lingkup masalah berisi:
*      Pembatasan masalah yang akan dibahas.
*      Rumusan detail masalah yang akan dibahas.
*      Definisi atau batasan pengertian istilah yang tertuang dalam setiap variabel. Pendefinisian merupakan suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk mengungkapkan suatu benda, konsep, proses, aktivitas, peristiwa, dan sebagainya dengan kata-kata.[4]
 
4)      Landasan teori menyajikan:
*      Deskripsi atau kajian teoritik variabel X tentang prinsip-prinsip teori, pendapat ahli dan pendapat umum, hukum, dalil, atau opini yang digunakan sebagai landasan pemikiran kerangka kerja penelitian dan penulisan sampai dengan kesimpulan atau rekomendasi.
*      Penjelasan hubungan teori dengan kerangka berpikir dalam mengembangkan konsep penulisan, penalaran, atau alasan menggunakan teori tersebut.
5)      Sumber data penulisan berisi:
*      Sumber data sekunder dan data primer.
*      Kriteria penentuan jumlah data.
*      Kriteria penentuan mutu data.
*      Kriteria penentuan sample.
*      Kesesuaian data dengan sifat dan tujuan pembahasan.
6)      Metode dan teknik penulisan berisi:
*      Penjelasan metode yang digunakan dalam pembahasan, misalnya: metode kuantitatif, metode deskripsi, metode komparatif, metode korelasi, metode eksploratif, atau metode eksperimental.
*      Teknik penulisan menyajikan cara pengumpulan data seperti wawancara, observasi, dan kuisioner; analisis data, hasil analisis data, dan kesimpulan.
7)      Sistematika penulisan berisi:
*      Gambaran singkat penyajian isi pendahuluan, pembahasan utama, dan kesimpulan.
*      Penjelasan lambang-lambang, simbol-simbol, atau kode (kalau ada).

b.      Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas (sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang    akan dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan kelengkapan unsur-unsur berikut ini:­­
1)      Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung ketuntasan pembenaran.
2)      Kejelasan uraian/deskripsi:
*         Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial, terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan) dan menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi, teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
*         Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali dalam pembuatan karangan fiksi, kata konotatif atau kata kias sangat diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif secara benar.
Kejelasan makna paragraf dengan memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi (dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi), dan menggunakan pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif, deduktif, kausal, kronologis, spasial). 
*         Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian fakta dapat diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum ke khusus, dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel, diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
N  Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
N  Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi, penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas, alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai dengan judul.
c. Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan kesimpulannya dengan dua cara:
µ Dalam tulisan-tulisan yang bersifat argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh karangan itu.
µ Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam tubuh karangan itu.

C.   Bagian Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.
a. Daftar pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan. Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian karangan.

Unsur-unsur daftar pustaka meliputi:
ö  Nama pengarang: penulisannya dibalik dengan menggunakan koma.
ö  Tahun terbit.
ö  Judul buku: penulisannya bercetak miring.
ö  Data publikasi, meliputi tempat/kota terbit, dan penerbit..
ö  Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry. 1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. (Banyak versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan:
·      Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama pengarang kedua tidak perlu dibalik.
·      Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga itu yang dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
·      Jika buku itu merupakan editorial (bunga rampai), nama editor yang dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
·      Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
·      Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan urutan huruf awal nama belakang pengarang.

b. Lampiran (Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar, atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini. Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah. Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika disertakan dalam uraian.
c. Indeks

Indeks adalah daftar kata atau istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad). Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya dalam pembahasan.
d. Riwayat Hidup Penulis

Buku, skripsi, tesis, disertasi perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir, pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah dihasilkan oleh penulis.


DAFTAR PUSTAKA

§  Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah, 1994.
§  HS, Widjono. BAHASA INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
§  Maryani, Yani, dkk. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Read More »»